Keamanan pangan menjadi salah satu indikator jaminan kualitas bahan pangan. Salah satu cemaran bahan pangan adalah toksin atau racun aflatoksin dari jamur Aspergillus flavus. Racun jamur ini dalam jumlah terbatas akan mengakibatkan mual, muntah, diare, dan dalam jumlah berlebih bisa mengakibatkan kerusakan hati, limpa, dan ginjal, bahkan menyebabkan peradangan selaput otak. Aflatoksin ini banyak didapat dari biji kopi yang terinfeksi oleh serangga Hypothenemus hampei.
Hypothenemus hampei secara alami akan membuat lubang di buah kopi/Cherry sembari membawa jamur Aspergillus flavus. Jamur digunakan untuk degradasi selulosa, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana untuk metabolismenya sekaligus menyediakan makanan bagi Hypothenemus hampei. Bentuk simbiosis mutualisme antara serangga dan jamur, tetapi menjadi musuh bagi manusia yang mengonsumsinya.
Hari ini (31/5/2024) PT Solunova Aroma Indonesia bersama FKIK dan FPB UKSW mengadakan sampling Hypothenemus hampei di kebun kopi di Perkebunan Salib Putih dan Kopi Bintang, Salatiga. Lokasi ini dipilih karena luasan kebun kopi yang cukup memadai dan tidak ada paparan pestisida kimia, sehingga fauna masih begitu adanya.
Hasil survey dan sampling, ditemukan hama penggerek kopi Hypothenemus hampei berikut dengan predatornya. Kehadiran mangsa dan pemangsa ini menunjukan lingkungan yang sehat dan homeostatis. Meskipun demikian, Hypothenemus hampei perlu dikendalikan mengingat secara ekonomis akan mengurangi hasil. Pada panen tahun ini, rendemen berkurang 6% dan menjadi kerugian bagi perkebunan.
Penelitian ini nantinya akan mengundang predator Hypothenemus hampei dan menarik Hypothenemus hampei agar terjebak. Dengan demikian kerusakan kopi akan ditekan, begitu juga dampak ikutan berupa kandungan aflatoksin bisa juga dikurangi bahkan ditiadakan. Kualitas kopi akan meningkat, baik dari segi jumlah dam citarasa, sebab aflatoksin akan menyebabkan kopi beraroma tanah atau earthy yakni rasa apek.