Pulau Timor, di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki iklim panas/kemarau selama 9 bulan dan 3 bulan musim hujan. Iklim yang demikian tidak banyak memberikan dukungan pertanian, terutama dari pasokan air. Dengan demikian, ada potensi kerawanan pangan yang bisa menyebabkan gangguan ketahanan pangan.
Program Studi Teknologi Pangan FKIK melalui hibah penugasan diberikan tugas oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kewirausahaan untuk mengolah pangan lokal di sana. Dengan demikian, FKIK menugaskan 3 staf dosen dan satu mahasiswa untuk turun ke lapangan di Pulau Timor, khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan, yang beribukota di Soe.
Tujuan dalam penelitian disana, salah satunya adalah mengidentifikasi bahan pangan lokal serta melihat pengolahan pangan lokal. Selain itu juga dipikirkan juga, tentang bagaimana proses pengolahannya jika dilakukan inovasi produk turunannya.
Jagung bose adalah salah satu pangan lokal yang berbahan utama berupa jagung lokal, yang diolah bersama kacang-kacangan lokal. Jagung adalah komoditi pertanian terbesar, kemudian ada padi, dan umbi-umbian seperti singkong, keladi atau talas.
Penelitian di Soe bukanlah yang pertama, tetapi sudah diinisiasi sejak awal FKIK berdiri. Persoalan kesehatan dan pangan yang kompleks di sana, bisa menjadi laboratorium lapangan untuk program tridarma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat).