FKIK UKSW Penelitian Rumah Adat Nias di Gunung Sitoli

Suku Nias yang tinggal dalam satu Pulau memiliki budaya yang unik, salah satunya adalah rumah adatnya. Meskipun dalam satu pulau dan satu etnis, setidaknya ada tiga tipe rumah adat yang berbeda antara Nias selatan, tengah, dan utara.

Tanggal 7 hingga 9 November 2024, Dhanang Puspita M.Si selaku dosen di FKIK UKSW diminta untuk membantu mengulik rumah adat suku Nias sebagai salah satu warisan budaya yang masih lestari hingga saat ini. Penelitian ini dikepalai oleh Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak dari CPAS.

Dalam penelitian di Gunung Sitoli, salah satu narasumber adalah Pastor Romo Yohanes mengungkapkan jika rumah adat Nias adalah salah satu yang terkomplek. Rumah ini dibangun dengan mempertimbangkan kondisi alam seperti arah mata angin, suhu, kelembapan, cuaca, pergerakan udara, keamanan, dan yang terpenting adalah konstruksi yang tahan gempa.

Pastor Yohanes juga mempelopori pelestarian rumah adat Nias, hingga dibuatlah museum di Tengah Kota Nias. Masyarakat dunia perlu belajar membuat konstruksi rumah Nias yang ramah lingkungan, ecogreen, sebab dengan bentuknya yang rumit rumah tersebut nyaman untuk ditempati dan aman dari segala ancaman.

Penelitian ini juga ke rumah-rumah adat yang saat ini masih ditempati oleh masyarakat. Rumah ada menjadi simbol status sosial, tetapi yang pasti rumah ada ini sudah ratusan tahun berdiri dan masih kokoh. Di luar dengan hawa yang panas, tetapi sangat sejuk di dalam dengan sirkulasi udara yang bagus.

Dari sisi lain, rumah adat ini memiliki peran yang baik untuk menjaga kesehatan penghuninya, tempat menyimpan bahan pangan, serta tempat bersosialisasi. Dengan maraknya rumah modern, rumah ada harus menjadi bagian dari budaya lokal yang memperhatikan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat secara holistik.

Bagikan:
Facebook
Share
WhatsApp