Kopi luwak menjadi primadona produk turunan dari biji kopi. Produk ini adalah hasil dari buah kopi matang yang dikonsumsi oleh luwak (Paradoxurus hermaprodhitus) dan kemudian keluar bersama dengan fesesnya. Di dalam salurn pencernaan, biji kopi mengalami beragam reaksi biokimia, sehingga jika diolah akan menjadi kopi yang spesial. Kopi luwak adalah produk yang langka dan berimbas pada nilai ekonominya yang tinggi dan mahal.
Kopi luwak pada umumnya memiliki karakter yang lembut, tidak begitu pahit dan asam, sedangkan ornamen rasa dan aroma mengikuti karakter lokasi kopi. Pulung Nugroho pengajar darinTeknologi Pangan sedang menggeluti riset tentang kopi dan salah satunya adalah kopi luwak.
Minggu, 30 Juni 2024 Pulung mengunjungi Desa Jeruk Wangi di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Di desa tersebut, Pulung menemui seorang pengusaha kopi sekaligus pemilik kebun kopi, yakni Sriyanto. Kebun seluar 1050 meter persegi dikelolan menjadi kebun kopi denga tanaman sela kelapa dan cengkeh.
Sriyanto selain menjadi petani kopi juga berbisnis kopi. Salah satu kopi spesialnya adalah thorik klotok, yang merupakan inovasi dari olahan kopinya menjadi kopi seduh. Pulung menyesap kopi hasil ramuannya, yang memilik rasa asam dan manis, dengan after taste yang panjang serta ada rasa nutty yang tipis.
Dalam kesempatan yang sama, pulung mendapat sampel kopi luwak dalam bentuk feses luwak. Botol sampel berisi garam fisiologis digunakan untuk menampung sampel sekaligus mengkonservasinya. Lantas kira-kira hendak diapakan, kita ikuti kisah kopi dari Teknologi Pangan UKSW.